KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memimpin Kelompok Kerja Pendidikan atau Education Working Group (EdWG) dalam pertemuan G20 tahun 2022. Terdapat empat isu pendidikan yang diangkat dalam forum tersebut.
G20 adalah forum kerja sama internasional yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa. Pada tahun ini, Indonesia memegang presidensi G20. Selama masa presidensi, Indonesia berperan menentukan agenda prioritas dan memimpin rangkaian pertemuan tersebut.
Isu Pendidikan yang Dibahas dalam G20
1. Kualitas Pendidikan untuk Semua
Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20, Iwan Syahril mengatakan, isu kualitas pendidikan untuk semua merupakan penegasan kembali komitmen Indonesia untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi semua golongan.
“Jadi pendidikan ini inklusif untuk hal yang sangat luas, bukan hanya buat anak disabilitas, tapi juga kelompok-kelompok marjinal yang rentan,” ujar Iwan seperti dilansir detik.com, Sabtu (15/1).
Menurut Iwan, komitmen tersebut juga menegaskan keberpihakan Indonesia dalam Sustainable Development Goal (SDG) 4 tahun 2030 tentang tujuan pendidikan global, di mana dunia membutuhkan pemulihan di sektor pendidikan pascapandemi COVID-19.
2. Teknologi Digital dalam Pendidikan
Isu kedua yang diangkat Kemendikbudristek berkaitan dengan teknologi digital dalam pendidikan. Menurut Iwan, telah terjadi akselerasi yang luar biasa dalam pemanfaatan teknologi digital di dunia pendidikan selama masa pandemi COVID-19. Ia kemudian menyebut platform Guru Belajar dan Guru Berbagi yang sudah menjangkau lebih dari 70 persen guru di sekolah-sekolah di Indonesia.
“Jadi guru-gurunya pada ikut komunitas Guru Belajar dan Guru Berbagi, bahkan 40 persen guru di daerah 3T juga pada ikut. Jadi yang tadinya kita pikir daerah 3T itu aksesnya sulit, ternyata ada resiliensi yang ditunjukkan guru-guru kita,” ucap Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) tersebut.
Isu kedua ini juga membahas penggunaan teknologi digital dalam menjawab permasalahan akses, kualitas, dan keadilan sosial di bidang pendidikan.
3. Solidaritas dan Kemitraan
Iwan mengatakan, isu solidaritas dan kemitraan menegaskan tentang komitmen Indonesia untuk bekerja sama dengan negara lain dan memiliki rasa solidaritas dalam suatu kelompok, dikaitkan dengan budaya gotong royong bangsa Indonesia.
“Jadi gotong royong itu kan kearifan budaya Indonesia di mana jika kita melihat masalah di komunitas kita, dan meskipun itu bukan masalah kita, tapi kita tetap harus bantu. Jadi budaya ini juga ingin kita tonjolkan sekaligus mengangkat budaya Indonesia yang bisa kita tawarkan untuk jadi solusi dalam konteks reimagining for the future,” kata Iwan.
4. Masa Depan Dunia Kerja Pascapandemi COVID-19
Isu pendidikan keempat yang diangkat Kemendikbudristek berkaitan dengan masa depan dunia kerja atau future of work. Menurut Iwan, prediksi mengenai kebutuhan di dunia kerja pascapandemi COVID-19 mengalami perubahan antara kebutuhan yang diperlukan untuk dunia masa kini dan di masa depan.
Iwan melanjutkan, dunia kemudian harus berpikir ulang tentang bagaimana peran pendidikan dalam dunia kerja dan relevansinya, atau link and match, seperti yang diterapkan dalam pendidikan vokasi.
“Mudah-mudahan empat isu ini bisa kita kawal. Dan kemarin kita sudah melakukan meeting dengan Sherpa dan tanggapannya sangat baik dari berbagai negara yang sudah memberikan pandangan. Umumnya mereka melihat empat isu ini sangat relevan. Nanti akan kita tajamkan lagi. Mudah-mudahan kita bisa membuat sebuah kesepakatan antara menteri-menteri pendidikan tentang apa yang bisa kita lakukan atau call to action dalam menyikapi kondisi untuk recover together, recover stronger,” tutur Iwan. (ind)