INDIGO – Musim kemarau panjang yang sudah terjadi beberapa bulan terakhir ini cukup banyak memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya di Sistem Kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) hingga Sistem Kelistrikan Palu dan sekitarnya. Salah satu dampak terbesar adalah berkurangnya debit air Danau Poso dan berimplikasi pada pola pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di daerah aliran sungai lokasi PLTA dan PLTMH dapat menambah debit air secara berkesinambungan. Tidak sampai di situ, PLN pun melaksanakan relokasi pembangkit dari beberapa wilayah tersebar di Indonesia. Pembangkit tersebut akan memasok tambahan daya sebesar 85 MW dan diharapkan dapat segera membantu sistem kelistrikan Sulbagsel. Tim ahli pembangkitan juga turut didatangkan ke Makassar untuk mengakselerasi penormalan pasokan listrik.
General Manager PLN UID Suluttenggo, Ari Dartomo menyampaikan komitmen PLN Group untuk dapat mengoptimalisasikan berbagai potensi penormalan kelistrikan di Palu. “Kami tentunya terus menggali berbagai upaya penormalan secara intensif sambil terus memperhatikan kondisi di lapangan,” ujar Dartomo.
Namun di satu sisi, PLN memandang dukungan penuh dari Stakeholder dan berbagai elemen masyarakat memegang peran penting dalam proses penormalan kondisi kelistrikan yang ada. “PLN tentunya tidak bisa bekerja sendiri, kami membutuhkan dukungan penuh masyarakat agar dapat secara optimal memberikan suplai listrik yang andal,” ucap Dartomo.
Sebagai bentuk dukungan kepada PLN, masyarakat dapat melaporkan berbagai potensi gangguan listrik maupun potensi bahaya yang mungkin terpantau di lingkungan dengan melaporkannya pada aplikasi PLN Mobile. Aplikasi PLN Mobile dapat diunduh secara gratis dari Play Store dan App Store. (Ind)