Ribuan Anak SMA di Sulteng Putus Sekolah, 647 Asal Parimo

RAGAM1051 Dilihat
banner 468x60

BERDASAR Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulawesi Tengah (Sulteng), per awal Mei 2023, ada 4509 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat berstatus putus sekolah.
Dan, 647 orang diantaranya dari Kabupaten Parigi Moutong (Parimo).

“Peningkatan jumlah angka putus sekolah di Sulteng dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya akibat pandemi COVID-19,” kata Kepala Disdikbud Sulteng Yudiawati Vidiana di Palu, Jumat (12/5).

banner 336x280

Yudiawati menjelaskan hal tersebut karena adanya proses pembelajaran tidak tatap muka, dimana saat itu semua pembelajaran digital menggunakan aplikasi telepon genggam (gadget) atau laptop.

Kepala Disdikbud Sulteng, Yudiawati Vidiana

Menurutnya tidak semua siswa memiliki kesempatan untuk mengakses atau memiliki gawai guna melakukan proses pembelajaran tidak tatap muka, khususnya untuk mereka yang tinggal di daerah pinggiran.

Adapun faktor lainnya yakni faktor ekonomi. Menurut dia, di bawah 2022 pada tingkat SMA dan sederajat masih ada iuran atau pembayaran yang harus dibayarkan ke sekolah.

“Tahun 2022 ke bawah itu masih ada iuran pembayaran sekolah sehingga memberatkan bagi orang tua, sementara pada saat pandemi banyak sekali orang kehilangan pekerjaan,” katanya.

Berdasarkan Dapodik Disdikbud Provinsi Sulteng per awal Mei 2023, angka siswa putus sekolah tertinggi berada di Kabupaten Parigi Moutong mencapai 647 orang.

Kemudian Kota Palu sebanyak 485 orang, Kabupaten Donggala 485 orang, Buol 451 orang, Tojo Una-una 450 orang, Banggai 390 orang, Sigi 366 orang, Poso 305 orang, Tolitoli 270 orang, Morowali 236 orang, Morowali Utara 168 orang, Banggai Kepulauan 131 orang, dan Banggai Laut 125 orang.

Yudiawati Vidiana mengatakan pihaknya sedang berupaya untuk mengajak kembali anak putus sekolah agar dapat kembali belajar dengan cara mengunjungi rumah mereka.

Sedangkan bagi anak yang tidak ingin melanjutkan pembelajaran di sekolah, Disdikbud juga tetap berupaya untuk mendorong anak tersebut mengikuti program kesetaraan pendidikan paket C.

“Kami tentunya berharap anak yang putus sekolah ini ada yang masuk kembali ke sekolah agar nantinya masih tetap dapat mendapatkan ijazah,” katanya. (Ant/ind)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *