PARIGI | KORAN INDIGO – Aroma korupsi, pengadaan dan pendistribusian alat mesin pertanian (alsintan) di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) kembali merebak.
Kuat dugaan ada saja oknum memanfaatkan bantuan pemerintah tersebut sebagai komoditi “jualan” ke kelompok tani hingga menarik upeti sebagai balas jasa meloloskan proposal di dinas terkait.
Praktik culas itu diduga dikendalikan oleh oknum mafia dekat dengan kekuasaan dan dilakukan secara rapi serta terselubung.
Himpunan informasi menyebut, para mafia beroperasi secara senyap dengan berbagai modus.
Kalangan kelompok tani, untuk mendapatkan alsintan jenis Jonder (traktor roda empat) harus menyiapkan mahar Rp50 juta hingga Rp100 juta kepada para oknum mafia.
Sedangkan untuk jenis Combine Harvester (mesin pemanen padi), kelompok tani harus menyiapkan mahar Rp100 hingga Rp200 juta.
Dan, untuk alsintan jenis traktor roda dua, kelompok tani penerima bantuan harus merogoh kocek mulai Rp5 juta hingga Rp10 juta.
OBRAL MAHAR ALSINTAN
PADA 2020, koranindigo.com pernah melansir terkait kusut distribusi Alsintan di Parimo.
Bau busuk aroma korupsi Alsintan berhembus terkait adanya permintaan mahar dilakukan oknum-oknum disebut mafia terhadap distribusi Alsintan dari pemerintah kala itu.
Puluhan kelompok tani terdaftar dalam pengajuan awal permintaan bantuan Alsintan via Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Parimo (diteruskan ke Dinas TPHP Sulteng) harus kacele, sebab bantuan Alsintan harus dipindah bagikan ke kelompok tani yang lain.
Sebab, nama kelompok tani pada pengajuan awal rata-rata tak memiliki “modal” untuk membayar mahar bantuan tersebut.
Para mafia dalam lingkaran kekuasaan kala itu, melakukan “obral” kepada kelompok-kelompok tani lain, yang dapat menyiapkan mahar senilai ratusan juta.
Kepala Desa (Kades) Astina, Kecamatan Torue (tahun 2020), Ajik Helnan, disinyalir salah satu oknum terlibat dalam lingkaran mafia Alsintan di Parimo.
Ajik Helnan dengan jumawa dan tanpa segan mengakui bahwa bantuan Alsintan jenis Combine Harvester seharusnya diperuntukkan bagi kelompok tani, dikuasai oleh keponakan Ajik Helnan bernama I Gusti Putu Mudika.
Selain Keponakan, Kades Astina Ajik Helnan dengan bangga menyatakan bahwa Combine Harvester merk Yanmar juga dikelola oleh anak kandungnya.
“Saya selaku Kades memberikan pengelolaan Alsintan (Combine Harvester) kepada keluarga saya (I Gusti Putu Mudika). Keponakan bahkan”, kata Ajik Helnan.
“Kalau soal anak saya mengelola Alsintan bantuan dari Dinas TPHP Parimo, itu kan melalui musyawarah”, kata Ajik lagi.
Berikut isi rekaman wawancara antara wartawan koranindigo.com dengan Kades Astina Ajik Helnan terkait kusut distribusi Alsintan di Parimo:
REKAMAN WAWANCARA ANTARA WARTAWAN DAN BEKAS KADES ASTINA AJIK HELNAN
KADES ASTINA AJIK HELNAN “KEBAKARAN JENGGOT”
LEMAHNYA sistem pengawasan di Parimo menjadi salah satu penyebab fatal terjadinya penyimpangan.
Padahal berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun media ini, berkaitan dengan bantuan Alsintan pernah menjadi perhatian pihak APH, sejumlah pejabat sempat dipanggil untuk dimintai keterangan.
Saat ini, berhembus informasi bahwa ada oknum pejabat dinas TPHP Parimo disebut mendalangi dugaan pungli tersebut.
Padahal, bantuan Combine Harvester bersumber dana APBN maupun APBD bersifat gratis untuk Kelompok tani (Poktan) yang telah memenuhi syarat.
“Itu sudah biasa terjadi pak, jadi kalau tidak ada setoran agak sulit untuk dapatkan bantuan. Tapi lebih jelasnya jangan ke kami ditanya, khawatirnya nanti kedepan tidak bisa dapatkan bantuan pemerintah,” ungkap salah seorang petani, dikutip dari gemasulawesi.com.
Parahnya, informasi didapat terindikasi ada poktan sudah menyetor fulus, namun hingga saat ini, belum mendapatkan bantuan Alsintan.
Berkaitan persoalan tersebut Plt Kepala Dinas TPHP Kabupaten Parigi moutong, Armin yang dikonfirmasi Via WA hanya memberikan jawaban singkat.
“Berkaitan isu itu saya belum dapatkan, baru tahu setelah ada konfirmasi dari wartawan, nanti saya cari tahu dulu kebenarannya ya pak,” singkatnya.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas TPHP, Ariesto dikonfirmasi mengaku tidak tahu menahu berkaitan dengan isu tersebut.
“Saya tidak merasa pernah melakukan itu, kalau nama saya dibawa-bawa siapa yang bilang itu? Dan ini berkaitan dengan Alsintan yang mana? Karena tidak semua pengadaan Alsintan ada di Bidang Sapras”, tegas Ariesto.
Terpisah Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas TPHP Parimo, Dadan Priatna Jaya yang coba dikonfirmasi di nomor WA miliknya via telpon dan chating, masih belum memberikan tanggapan.
Sementara itu KUPTD Tinsel, Abdul Muthalib yang coba dikonfirmasi sehubungan dengan dugaan Pungli yang menyeret namanya juga enggan memberikan komentar secara jauh.
“Langsung ke Dinas TPHP di Dolago saja pak,” pungkasnya. (Ind)