PARIGI – KORANINDIGO – Pelaksanaan proyek peningkatan Jalan Ruas Kayuboko-Baliara senilai Rp1,1 miliar nampak janggal. Proyek inovasi baru dengan hasil akhir Asphalt Concrete Warm Climate (AC-WC) dihelat CV Bolle Cipta Sejahtera (BCS) diduga tak sesuai standar.
Pantauan koranindigo.com di lapangan, pihak BCS diduga kuat banyak melanggar standar kualitas tertera pada spesifikasi proyek dibiayai APBD 2024 tersebut.
Sinyalemen sementara mengisyaratkan banyak tahapan dikerjakan BCS selaku kontraktor pelaksana yang menyalahi aturan dan tidak sesuai dengan spesifikasi tertuang dalam pekerjaan atau Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Material digunakan bagi Lapis Pondasi Bawah (LPB), berupa lapisan struktur agregat kelas B dalam pekerjaan diduga kuat tidak seluruhnya berasal dari lokasi quarry yang telah disetujui oleh direksi.
BACA JUGA:
Miris! Proyek Preservasi Kementerian PUPR Gunakan Semen Murahan
Kontraktor Preservasi Malala-Lingadan Diduga Gunakan Material Non Standar
Selain itu, material digunakan oleh BCS, masih bercampur dengan bahan lain yang tidak diinginkan dan tidak direkomendasikan secara teknis dalam pelaksanaan proyek jalan.
Edi Bolle, bos dari BCS selaku kontraktor pemenang, belum bersedia melontar kata, dan menjawab konfirmasi terkait beberapa temuan fakta pada proyek peningkatan jalan ruas Kayuboko-Baliara itu.
PROYEK JALAN JADI TEMUAN BPK
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi seringkali terdapat penyimpangan biaya yang antara lain disebabkan oleh bahan, peralatan, tenaga kerja, subkontraktor, overhead, dan kondisi umum.
Material merupakan komponen biaya utama dalam proyek konstruksi, sehingga pengelolaan material buruk dapat menyebabkan penyimpangan biaya proyek.
Terjadinya penyimpangan biaya dapat dilihat dari selisih fulus sebagai pelaksanaan dan biaya perencanaan.
Seperti diketahui, beberapa paket peningkatan jalan senilai Rp21 miliar lebih pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat dan Pertanahan (PUPRP) Parigi Moutong (Parimo) menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Sulawesi Tengah (Sulteng).
Proyek menghabiskan fulus negara sebesar Rp21 miliar tersebut disinyalir mengalami gagal konstruksi dan mengakibatkan kerugian mencapai Rp5 miliar.
Paket dianggap gagal konstruksi itu diantaranya proyek jalan ruas Gio-Tulandengi senilai Rp9,1 miliar dihelat PT Rizal Nugraha Membangun, proyek peningkatan jalan Pembuni-Bronjong senilai Rp7,1 miliar juga dimenangkan PT Rizal Nugraha Membangun dan terakhir adalah proyek peningkatan jalan trans Bimoli-Pantai dengan nilai kontrak Rp4,7 miliar dihelat CV Fita Menui Lemboano Reangku.
Ketiga proyek peningkatan jalan kepunyaan Dinas PUPRP Parimo tersebut diketahui bersumber dari fulus dana alokasi khusus (DAK) tematik dan Fisik tahun 2023.
Kuat dugaan proyek-proyek jalan tersebut tidak memenuhi spek campuran Poor Graded Asphalt Concrete Wearing Course (ACWC).
Sehingga, belum genap setahun pengerjaan, kondisi jalan mulai rusak di sana-sini.
Susunan lapisan perkerasan jalan yang tidak dikerjakan dengan baik, mengakibatkan kerusakan terhadap kontruksi jalan yang sudah terbentuk.
Terungkap pula, bahwa paket-paket tersebut, pada tahap tender, dimenangkan oleh kontraktor hanya dengan buangan di bawah satu persen dari pagu anggaran. (IND)
Comment