MOROWALI | KORAN INDIGO – Pemeliharaan rutin kondisi preservasi jalan nasional pada Ruas Bungku-Bahodopi-Batas Sultra senilai Rp26,7 miliar mulai terseok-seok. Minus progres, proses kerja PT Surya baru Cemerlang (SBC) baru sekitar 26 persen saat ini. Padahal, SBC telah mulai berjibaku sejak 7 Februari 2024 lalu.
Berdasar pantauan, disinyalir melanggar pedoman, pihak SBC melaksanakan pekerjaan penghamparan jenis aspal concrete wear course (AC-WC) secara membabi-buta.
Pada titik area sekitar Desa Lalampu Bahodopi, SBC secara brutal “memaksakan” penghamparan walau permukaan terlihat basah akibat turun hujan, dan dipenuhi kotoran bercampur lumpur.
Praktik serampangan, progres tertinggal, diduga mengakibatkan SBC terkesan bekerja secara asal-asalan dan berlaku menyimpang jauh dari batas kewajaran. Upaya pemerintah pusat dalam menyeragamkan jalur menuju standar di daerah, dapat terhambat akibat buruk kinerja pihak SBC.
Berbagai persoalan berbau aroma korupsi proyek jalan, praktik kangkangi prosedur hingga pelanggaran spesifikasi diduga kuat telah dilakukan oleh SBC.
Sepertinya, target pembangunan infrastruktur berupa pemeliharaan rutin kondisi jalan Bungku-Bahodopi-Batas Sultra hingga rehabilitasi minor jalan bakal tidak akan tercapai.
Desakan Laskar Anti Korupsi Pejuang 45
Ketua DPD Laskar Anti Korupsi Pejuang 45 Sulteng, Amirudin Mahmud mengatakan, jika dikerjakan sesuai aturan, seharusnya pekerjaan dihasilkan SBC memiliki karakteristik keras dan tahan aus.
Aspal AC-WC lazimnya, kata Amirudin Mahmud, digunakan sebagai lapisan penutup yang tahan terhadap beban lalu lintas dan kondisi cuaca ekstrem sekalipun.
“Jika pekerjaan proyek jalan sebesar dan sepenting ini dilakukan dengan menabrak pedoman, melanggar spesifikasi dan kangkangi aturan, maka patut diduga ada hal beraroma korupsi di dalamnya. Negara bisa dibuat merugi”, kata Amir Mahmud, Selasa, (28/5).
Amir Mahmud menegaskan, jika diperlukan, pihaknya dengan gagah berani bersedia membuktikan secara gamblang, terkait adanya dugaan “main mata” dilakukan secara terang-terangan oleh SBC pada proyek preservasi jalan nasional pada Ruas Bungku-Bahodopi-Batas Sultra.
“Selama dimulainyapekerjaan preservasi jalan nasional pada Ruas Bungku-Bahodopi-Batas Sultra ini, banyak terdapat kegiatan ditengarai dilakukan SBC tidak sesuai prosedur. Jika memang diperlukan, saya bersedia membuktikannya. Ada beberapa item pekerjaan proyek jalan diduga dilaksanakan tidak sesuai prosedur teknis dan melanggar spesifikasi”, katanya.
Kata Amir Mahmud, signal gagal misi seragamkan jalur vital menuju standar, tak akan bisa dihindari lagi, jika SBC dibiarkan berbuat seenaknya.
Pihak Balai Pelakasanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Tengah (Sulteng), kata Amir, harus segera melakukan tindakan. Kasatker PJN wilayah IV, Ya Foor Sulaiman melalui PPK 4.4 Eko Galih Prasetyo jangan “bermalas-malasan” menanggapi persoalan tersebut.
“Laskar Anti Korupsi Pejuang 45 Sulteng mendesak BPJN Sulteng, Kepala Satuan Kerja PJN wilayah IV, Ya Foor Sulaiman, melalui PPK 4.4 Provinsi Sulawesi Tengah, Eko Galih Prasetyo, segera melakukan peninjauan atau inspeksi di lapangan terkait amburadul preservasi jalan nasional pada Ruas Bungku-Bahodopi-Batas Sultra. Ini merupakan proyek vital. Jangan main-main”, katanya.
GS SBC Sarpan Pasrah
Sementara itu, Sarpan selaku General Superintendent (GS) SBC tak menampik adanya amburadul kerja dalam proses penghamparan pada proyek preservasi tersebut. Sarpan menyatakan, dirinya selaku GS SBC, saat ini mengaku tengah pusing tujuh keliling, terkait insiden penghamparan asal itu.
Kata Sarpan, ada proses penghamparan menggunakan angkut dump truck (dt) menggunakan alat penghampar aspal finisher, dan berada tepat di area genangan berlumpur. Namun, hal itu kata Sarpan, bukan merupakan sebuah kesengajaan.
Sarpan nampak mengeluhkan cuaca ekstream pada saat melakukan pekerjaan penghamparan. GS SBC Sarpan juga bersikap pasrah terkait adanya 200 meter berkualitas buruk hasil kerja dari perusahaan tempat ia bekerja.
“Jika memang akan dilakukan pembogkaran terhadap sekitar 200 meter hasil pekerjaan SBC yang bercampur lumpur itu, silahkan saja. Ini bukan hal disengaja. Hujan tiba-tiba mengguyur dan membasahi agregat, sehingga menghasilkan lumpur-lumpur itu”, jelas Sarpan.
Eko Galih Prasetyo, selaku PPK dinyatakan tidak berada ditempat. Eko, kata beberapa staf, sedang berada di luar kota.
MINHAR